Rabu 16 Mar 2022 10:47 WIB

Konflik Ukraina-Rusia tak Berkaitan dengan Perundingan Nuklir Iran

Konflik Rusia-Ukraina tak memiliki keterkaitan terhadap upaya kesepakatan nuklir Iran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Foto:

Pada 2018 mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), atau dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran, dan menjatuhkan sanksi kepada Teheran. Setahun setelah AS menarik diri, Iran mulai secara bertahap meningkatkan pengayaan uranium dan mengabaikan  pembatasan aktivitas nuklirnya yang disepakati berdasarkan JCPOA.

Sejak Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium, fasilitas nuklir utamanya di Natanz menjadi sasaran dua serangan sabotase terpisah pada Juli 2020 dan April 2021. Selain itu, ilmuwan nuklir senior Mohsen Fakhrizadeh dibunuh di dekat Teheran pada November 2020. Iran menduga sabotase tersebut dilakukan oleh Israel.

Iran sekarang memperkaya uranium hingga 60 persen atau mencapai tingkat tertinggi yang pernah ada. Iran memperkaya uranium dengan menggunakan sentrifugal canggih, termasuk model IR-6. Teheran menyatakan bahwa, program nuklirnya digunakan untuk tujuan damai.

Di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, AS ingin kembali bergabung dalam JCPOA. Namun AS mengisyaratkan agar Iran menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya, dan mematuhi kesepakatan JCPOA. Di sisi lain, Iran menuntut agar AS mencabut semua sanksi yang telah melumpuhkan perekonomian. Amerika Serikat bersama Iran dan enam kekuatan dunia sedang merundingkan hal tersebut di Wina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement