Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengecam peluncuran tersebut dan mendesak agar kesiagaan pertahanan dan kerja sama keamanan dengan AS dan Jepang diperkuat. Terakhir kali Korut diduga meluncurkan ICBM pada 3 November lalu.
Ketika itu Pyongyang melepaskan sejumlah rudal ke laut sebagai bentuk protes atas latihan militer gabungan AS dan Korsel. Berdasarkan perhitungan Departemen Luar Negeri AS peluncuran Jumat ini menjadi tembakan ICBM kedelapan Korut tahun ini.
ICBM merupakan senjata dengan jangkauan paling jauh Korut dan dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir sejauh ke lokasi mana pun di benua Amerika Serikat.
Pada Kamis (17/11/2022) kemarin Korut menembakan rudal balistik jarak pendek. Ketika Menteri Luar Negerinya Choe Son Hui memperingatkan "respon militer keras" pada langkah AS meningkatkan kehadiran militernya di kawasan. Ia mengatakan Washington "berjudi dengan penyesalan."
Dalam pernyataan yang dirilis media pemerintah Korut, Choe mengecam pertemuan trilateral antara AS, Jepang, dan Korsel. Ketiga negara itu mengkritik uji coba senjata Korut dan berjanji untuk memperluas kerjasama keamanan.
Di pertemuan itu Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali ke Yoon dan Kishida komitmen AS pada pertahanan dua sekutunya di Asia. Termasuk dengan "kemampuan penuh" seperti senjata nuklir.
Di rapat Dewan Keamanan Nasional, Yoon mendorong sanksi tambahan terhadap Korut dan langkah untuk pencegahan. Tapi ia tidak memberikan detail sanksi atau kebijakannya.