Ahad 13 Aug 2023 14:33 WIB

Pendeta Ortodoks Rusia Dikucilkan Usai Dukung Perdamaian Ukraina

Gereja Ortodoks Rusia memutuskan untuk memecat pendeeta Ioann Koval

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Gereja Ortodoks Rusia memutuskan untuk memecat Pendeta Ioann Koval usai dia memimpin doa untuk perdamaian di Ukraina.
Foto:

Sejak awal perang, tim Vasilevich telah menghitung setidaknya 30 pendeta Ortodoks yang menghadapi tekanan dari otoritas agama atau negara. Namun mungkin ada lebih banyak kasus karena beberapa pendeta takut berbicara tentang represi, takut itu akan membawa lebih banyak masalah.

Gereja Ortodoks Rusia menjelaskan, bahwa penindasan terhadap para pendeta yang berbicara menentang perang adalah hukuman atas keterlibatan mereka dalam politik. “Para pendeta yang mengubah diri mereka dari pendeta menjadi agitator politik dan orang-orang yang berpartisipasi dalam perjuangan politik, mereka jelas berhenti memenuhi tugas pastoral mereka dan tunduk pada larangan kanonik,” kata Wakil Kepala Layanan Media gereja Vakhtang Kipshidze.

Pada saat yang sama, para pendeta yang secara terbuka mendukung perang di Ukraina tidak menghadapi dampak apa pun. Menurut Vasilevich, mereka justru didukung oleh negara.

Para pendeta yang menolak untuk bergabung dengan kesepakatan ini atau tetap diam dapat dipindahkan. Mereka untuk sementara dibebaskan dari tugas mereka atau diberhentikan dengan kehilangan gaji, perumahan, tunjangan, dan yang terpenting pelayanan terhadap masyarakat.

Pendeta Ioann Burdin juga ingin meninggalkan Gereja Ortodoks Rusia setelah berbicara menentang perang di sebuah gereja kecil dekat Kostroma. Pengadilan setempat mendenda dia karena mendiskreditkan tentara Rusia.

Burdin meminta patriark untuk menyetujui pemindahannya ke Gereja Ortodoks Bulgaria tetapi sebaliknya, Kirill melarang dia dari pelayanan sampai pendeta membuat permintaan maaf publik. “Posisi saya, yang pertama kali saya nyatakan di situs web, kemudian di gereja, dan kemudian selama persidangan adalah ekspresi keyakinan agama saya,” kata imam itu.

Tidak diizinkan untuk melayani di gereja, Burdin membawa khotbahnya ke saluran Telegram. Dia membimbing orang Kristen Ortodoks yang bingung dengan dukungan patriark terhadap perang.

“Karena semua orang bersaudara, maka perang apa pun, konflik militer apa pun, dengan satu atau lain cara menjadi pembunuhan saudara," ujar Burdin.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement