Senin 06 Nov 2023 12:44 WIB

Mengenal Fatah dan Hamas, Dua Kubu di Palestina yang Ingin Diadu Domba AS

Hamas menang telak dalam pemilihan parlemen pada 2006, mengalahkan Fatah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Faksi gerakan Islam di Palestina: Hamas dan Fatah

Hamas memasuki politik Palestina sebagai partai politik pada 2005 ketika terlibat dalam pemilihan lokal. Kelompok ini pun menang telak dalam pemilihan parlemen pada 2006, mengalahkan Fatah.

Hanya saja sikap Fatah yang mendorong pembicaraan damai dengan Israel ini tidak membuahkan hasil. Kondisi ini yang membuat banyak warga Palestina mulai meninggalkan konsep yang didorong oleh kelompok itu dan lebih memilih Hamas.

Kondisi ini pun diakui oleh pemimpin Fatah. Menurut wakil ketua gerakan Fatah Mahmoud al-Aloul dikutip dari Times of Israel, penurunan kehadiran Fatah di tengah masyarakat dengan menerapkan cara-cara damai ini belum mampu diwujudkan.

“Ini adalah bagian penting dari apa yang menyebabkan penurunan popularitasnya,” kata al-Aloul.

Perbedaan terbesar antara kedua gerakan tersebut saat ini adalah sikap terhadap Israel. Hamas tetap menggunakan perlawanan bersenjata. Sementara Fatah meyakini perlunya negosiasi dengan Israel dan sepenuhnya mengesampingkan penggunaan serangan.

Perjanjian Oslo memberi Israel kendali penuh atas perekonomian Palestina serta masalah sipil dan keamanan di lebih dari 60 persen wilayah Tepi Barat.

Berdasarkan perjanjian tersebut, PA harus berkoordinasi dengan pendudukan Israel mengenai keamanan dan setiap serangan perlawanan bersenjata yang direncanakan terhadap Israel. Hal ini dipandang sangat kontroversial dan dianggap oleh sebagian orang sebagai tindakan PA berkolaborasi dengan pendudukan Israel.

Pada Maret, protes meletus di Tepi Barat ketika aktivis politik Palestina terkemuka Basil al-Araj dibunuh oleh pasukan Israel di Ramallah, setelah ditangkap oleh personel keamanan PA atas tuduhan merencanakan serangan. Abbas secara teratur dan terbuka mengutuk setiap operasi perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh warga Palestina terhadap Israel.

“PA tidak percaya pada legitimasi senjata Hamas. Artinya PA ingin mengakhiri perlawanan di Gaza dan Hamas menolaknya. Dan jika Fatah menerima perlawanan tersebut, Israel akan mengambil tindakan terhadap PA,” ujar analis politik yang berbasis di Nablus Abdulsattar Qassem.

Tidak dapat dipungkiri daya tarik Hamas di mata warga Palestina terletak pada ideologinya. Sedangkan sikap Fatah sangat aman bagi Barat karena dinilai tidak membahayakan Israel sehingga membuat kelompok ini mendapat lebih banyak dukungan internasional dan dipandang lebih aman secara finansial.

Dalam hal menggalang dukungan, keduanya menggunakan taktik yang sangat berbeda. Hamas menggunakan aktivisme akar rumput untuk menginformasikan ideologinya kepada masyarakat, di tempat-tempat seperti masjid dan universitas. Sisi lain, Fatah tidak lagi melakukan latihan semacam itu dan lebih mengandalkan penyediaan dukungan finansial untuk mendapatkan pengikut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement