Jumat 16 Jun 2017 06:51 WIB

Putin Berguyon akan Berikan Suaka untuk Mantan Direktur FBI

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Yudha Manggala P Putra
FBI Director James Comey takes a question from a reporter during a news conference at the FBI office in Boston, Massachusetts November 18, 2014.
Foto: Ruters/Brian Snyder
FBI Director James Comey takes a question from a reporter during a news conference at the FBI office in Boston, Massachusetts November 18, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Rusia, Vladimir Putin berguyon menawarkan suaka terhadap mantan Direktur FBI, James Comey yang dipecat oleh Presiden AS Donald Trump saat sedang menyelidiki dugaan keterkaitan hubungan Rusia dengan kampanye Trump.

Putin pun membandingkan Comey dengan mantan kontraktor NSA, Edward Snowden, yang juga diburu intelijen AS setelah membocorkan banyak dokumen rahasia dan penyadapan global AS. Snowden saat ini tinggal di Rusia setelah diberi suaka oleh Putin. Menurut Putin, Snowden diberikan suaka karena merupakan aktivis hak asasi manusia, sementara Comey merupakan kepala intelijen.

"Jika dia (Comey) dianiaya, kami siap memberikan suaka politik,'" kata Putin dalam konfrensi pers dilansir dari BBC News.

Dalam kesempatan itu, Putin juga kembali mencemooh adanya klaim Rusia turut campur dalam pemilu AS, menurutnya tuduhan tersebut tak ada bukti. ”Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah mantan direktur FBI tersebut mengatakan bahwa dia percaya ada campur tangan Rusia dalam proses pemilu, namun pada saat yang sama tidak memberikan bukti,” ujar Putin.

Menurut Putin, pengaruh Rusia terhadap pemikiran warga Amerika tidak lebih besar dari yang dilakukan AS, di mana negara itu mensponsori LSM di seluruh dunia dengan tujuan untuk memengaruhi negara tempat mereka bekerja. ”Ambillah bola dunia, putar dan arahkan jari Anda ke tempat manapun, pasti ada kepentingan dan gangguan Amerika di sana dan saya tahu dari percakapan saya dengan hampir setiap pemimpin negara, mereka tidak ingin merusak hubungan dengan orang Amerika," kata Putin.

Sebelumnya, Comey mengeluarkan sebuah memo yang menjelaskan isi percakapannya dengan Presiden AS Donald Trump. Ia memberikan memo tersebut kepada seorang teman dekat dan meminta agar memo itu dibocorkan ke media.

Comey menuturkan, dia yakin Trump telah memberinya tekanan pada Februari lalu, untuk menghentikan penyelidikan terhadap mantan Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn. Ia berharap setelah kesaksiannya ini, akan ada penunjukkan penasihat khusus untuk mengawasi penyelidikan kasus campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.

Menurutnya, teman dekat yang ia berikan memo itu adalah seorang profesor di Columbia Law School, bernama Daniel Richman. Dalam memo, ia menceritakan bagaimana Trump memecatnya sebagai Direktur FBI pada 9 Mei lalu.

Beberapa ahli hukum mengatakan, tindakan Comey tidak bertentangan dengan hukum. Faiza Patel, Direktur kelompok kebijakan publik Brennan Center for Justice, mengatakan bahwa Comey telah berhati-hati untuk tidak memasukkan informasi rahasia dalam memo itu.

Ahli hukum lain mengatakan, klaim Kasowitz bahwa Comey membocorkan informasi istimewa itu tidak masuk akal. Faktanya, Trump justru telah terlebih dahulu mengungkapkan informasi tentang interaksinya dengan Comey

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement