Rabu 30 May 2018 01:55 WIB

Netanyahu Ancam Lancarkan Serangan Besar ke Gaza

Netanyahu mengatakan Israel akan membalas setiap serangan.

Rep: Sri Handayani/ Red: Reiny Dwinanda
Benjamin Netanyahu
Foto: AP/Gali Tibbon
Benjamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, MAALOT -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan menanggapi serangan dari pejuang Palestina dengan "kekuatan besar". Hal ini disampaikan ketika ia berbicara di Maalot, Israel Utara.

Dalam pertemuan tersebut, seperti dikutip media Israel Jerusalem Post, Netanyahu memandang adanya serangan yang berat dari Hamas dan Jihad Islam. "Israel akan menuntut balasan yang berat dari siapa saja yang mencoba menyerangnya," ujar dia.

Netanyahu juga menyinggung tentang ketegangan yang terjadi di Suriah. Ia menegaskan bahwa Israel memiliki garis merah di Suriah. Ia tidak akan mengizinkan Iran berkubu di Suriah dan melawan Israel. Ia juga melarang negara tersebut memproduksi senjata di Lebanon.

Menurut Netanyahu, Israel tak hanya melawan Iran di perbatasan negaranya. Perlawanan juga dilakukan melalui Suriah. Ia menyatakan akan mengusir negara tersebut dari Suriah.

"Iran harus meninggalkan Suriah sepenuhnya," kata dia.

Ungkapan itu muncul di tengah adanya kabar bahwa Israel akan membuat kesepakatan untuk mendorong pasukan Iran 60-70 kilometer dari perbatasan Israel. Ia mengatakan tak akan melakukan kesepakatan apapun.

"Dalam banyak hal, kami akan bertindak sesuai keinginan kami dengan atau tanpa kesepakatan. Kami akan mempertahankan diri sendiri, karena kami ingin menentukan nasib kami sendiri ke depan," ujar dia.

Sementara itu, Hareetz mengabarkan Netanyahu akan melakukan lawatan ke Eropa pada awal pekan depan. Dia berencana menemui sejumlah pemimpin Eropa untuk mendiskusikan masalah nuklir Iran dan keberadaan ISIS di Suriah dan Lebanon.

Baca juga: Israel Luncurkan Puluhan Rudal ke Suriah

Netanyahu akan menyambangi Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan kemungkinan juga Perdana Menteri Inggris Theresa May. Ia akan membicarakan kesepakatan nuklir Iran menyusul mundurnya AS dari perjanjian tersebut.

Sementara itu, pembicaraan tentang keberadaan milisi Iran di Suriah dianggap penting setelah adanya kesepahaman dengan Rusia untuk menjauhkan pasukan Iran dari perbatasan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement