Selasa 10 Nov 2020 01:00 WIB

Mengapa Turki Evakuasi Pangkalan Militernya dari Hama Suriah

Turki mengevakuasi pasukannya yang berada di Provinsi Hama Suriah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Turki mengevakuasi pasukannya yang berada di Provinsi Hama Suriah Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.
Foto:

Selama negosiasi militer 16 September di Ankara, pihak Rusia menyerukan keluarnya pasukan Turki dari pos pengawasan dan pengurangan kehadiran militernya di bagian lain Suriah dan pemenuhan komitmennya untuk menjauhkan pejuang teroris dari Jalan Raya M4. 

Sumber mengatakan bahwa pada pertemuan tersebut, Rusia menahan diri dari memberikan pihak Turki jaminan keamanan yang diharapkan untuk pangkalan militernya di Idlib.  

Sangat mungkin, keluarnya Morek datang sebagai bagian dari tindakan Ankara untuk melindungi pasukannya jika bentrokan baru dengan militer Suriah meletus.  

Ketakutan Turki untuk tidak mendapatkan jaminan keamanan Rusia meningkat karena dalam beberapa bulan terakhir serangkaian protes terhadap kehadiran militer Turki melanda Idlib. 

Di sisi lain, perselisihan Turki dengan negara-negara Eropa mengenai sumber energi dan eksplorasi minyak di Laut Mediterania yang mengakibatkan meningkatnya tekanan diplomatik Brussel terhadap Ankara di Suriah mungkin telah berpengaruh pada peralihan taktik militer Turki. 

Pada Agustus, 68 anggota parlemen Eropa meminta militer Turki dan pasukan proksi untuk mengakhiri pendudukan ilegal di Suriah utara. Mereka juga mengirim surat ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang menyoroti perlunya Ankara mundur dari utara. 

Para penandatangan menyerukan diakhirinya dukungan politik, ekonomi, dan militer dari pemerintah Turki kepada semua milisi yang memiliki peran dalam pelanggaran hak asasi manusia sistematis.  

photo
Sejumlah tank Turki ditempatkan dekat perbatasan Suriah di Karkamis, Turki. (AP Photo)

Sikap tersebut dikemukakan saat kunjungan Menteri Luar Negeri Swedia Anne Linde ke Ankara pada pertengahan Oktober. Dia juga meminta Turki untuk memindahkan pasukan dari Suriah utara. 

Namun harus diperhitungkan bahwa keluarnya pos-pos pengawasan tidak secara nyata mempengaruhi penurunan kehadiran militer Turki di wilayah utara dan barat laut Suriah. 

Sebaliknya, kehadiran Turki di bagian ini justru meningkat. Bersamaan dengan mundurnya 170 kendaraan dari Morek ke distrik Jabal Zawiya, dan konvoi tank serta kendaraan pengangkut lainnya melintasi perbatasan Suriah dari provinsi Hatay Turki menuju Idlib.  

Pasukan telah mendirikan kamp di desa Kokin di Jabal Zawiya. Jadi, seharusnya tidak ada antisipasi penarikan besar-besaran dari Suriah oleh Turki. Menurut kantor berita Reuters, Turki mempunyai antara 10 ribu hingga 15 ribu tentara di timur laut Suriah. 

Erdogan masih memegang teguh tekadnya dan bertujuan untuk membuat zona penyangga 40 kilometer bersama dengan perbatasan. Pada Oktober, parlemen Turki memperpanjang otorisasi operasi lintas batas kepada pemerintah selama satu tahun lagi.  

Zona penyangga, juga disebut sebagai sabuk pengaman, ada dari Idlib dan Afrin ke Jarabulus. Tapi terputus di Kobani, sebuah kota di mana pasukan Kurdi memegang kendali. Nampaknya menyelesaikan zona di Kobani ini menjadi tujuan utama Turki. Sebagai bagian dari tujuan, Turki menguasai Tell Abyad dan Ras al-Ayn di Kobani timur. 

Dalam kondisi ini, tampak bahwa sementara Rusia dan Suriah bertekad untuk terus menekan Turki untuk mundur dari wilayah utara, evakuasi pos-pos pengawas harus dianggap sebagai sinyal rusaknya kerjasama dan koordinasi antara kubu Moskow-Damaskus dan Ankara, terutama Turki yang memicu konflik di Karabakh yang bertentangan dengan kepentingan Rusia.

 

Sumber:  https://en.abna24.com/news//analysis-what’s-behind-turkish-evacuation-of-base-around-syria’s-idlib_1084232.html   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement