Ahad 24 Jan 2021 19:15 WIB

Warga Uighur di Turki Khawatir, Rindukan Kerabat di China

Warga Uighur di Turki ingin mencari tahu tentang kerabat mereka

Red: Nur Aini
Warga Uighur di Turki ingin mencari tahu tentang kerabat mereka

Seorang ibu dua anak, Amine Vahit, 39, tiba di Turki pada Maret 2015 bersama putra-putranya. Seperti Turdiniyaz, dia juga mengimpor dan mengekspor barang dari dan ke China hingga 2017.

Dunianya hancur ketika suatu pagi dia tidak bisa menjangkau anggota keluarganya. Menggunakan aplikasi pesan singkat WeChat yang berbasis di China untuk berkomunikasi dengan keluarganya, Vahit mengatakan dia tidak bisa lagi menggunakannya karena semua orang yang dia kenal menghapus aplikasi dari ponsel mereka dan tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun di luar negeri.

“Saya mengetahui pada Juli 2016 bahwa kakak laki-laki saya dibawa oleh otoritas China, saudara perempuan saya memberi tahu saya melalui WeChat. Tapi tak lama setelah kakak laki-laki saya, kakak perempuan saya dan kakak laki-laki saya yang lain juga dibawa,” kata Vahit kepada Anadolu Agency.

Menyinggung kunjungan terakhirnya ke kampung halamannya di Xinjiang, Vahit mengatakan kepulangannya ke Turki adalah "keajaiban mutlak."

“Saya harus pergi karena saya punya bisnis di sana, dan rumah yang ingin saya jual tetapi tidak bisa saya lakukan,” tambah dia.

Kakak perempuan Vahit awalnya dibawa ke kamp pada 2016 dan ditahan di sana selama tiga bulan, tapi kemudian dibebaskan karena kondisi kesehatannya yang memburuk.

“Saat saya di sana, saya diam-diam bertemu dengan saudara perempuan saya di rumah sakit. Dia mengatakan kepada saya untuk segera meninggalkan negara itu sebelum otoritas China membawa saya juga. Jadi begitu saja saya kemas semuanya dalam satu malam dan berangkat dengan penerbangan pertama ke Turki,” ujar dia.

Berbicara tentang kamp, ​​Vahit mengatakan saudara perempuannya menggambarkannya sebagai "mimpi buruk", di mana wanita berusia 16 hingga lebih dari 70 tahun ditahan di sana.

“Setiap pagi mereka dipaksa lari selama satu jam, termasuk perempuan lanjut usia yang bahkan tidak bisa berjalan. Beberapa kehilangan nyawa karena kondisi sulit di kamp, ​​menurut saudara perempuan saya. Roti di pagi hari, sup di sore hari, dan roti di malam hari hanya diberikan sebagai makanan dengan satu syarat,” tutur dia.

“Seseorang bisa saja berlutut dan berterima kasih kepada pemerintah China dan menandatangani lagu partai komunis China untuk mendapatkan makanan yang tidak mencukupi,” tambah dia.

Wanita di kamp diperlakukan dengan buruk sementara mereka dipaksa untuk memikirkan kembali kehidupan sebelumnya di kampung halaman mereka dan bertobat seolah-olah itu adalah dosa.

Kakaknya kemudian dibawa ke kamp lagi pada 2017 dan sejak itu Vahit tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya atau kedua saudara laki-lakinya.

China telah banyak dituduh memasukkan orang Uighur ke kamp-kamp, dan ada laporan tentang sterilisasi paksa terhadap wanita Uighur.

Kebijakan Beijing di Xinjiang telah menuai kecaman luas dari kelompok-kelompok hak asasi termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, yang menuduhnya mengucilkan 12 juta orang Uighur di China, yang sebagian besar adalah Muslim.

Mirzahmet Ilyasoglu, 39, tinggal di Turki sejak 2007 dan kemudian menjadi warga negara Turki. Berharap dapat memenuhi aspirasi almarhum ayahnya, Ilyasoglu menerima gelar sarjana di China dan mendapatkan gelar pascasarjana di Turki.

Ilyasoglu mengundang saudara laki-laki dan ibunya untuk mengunjungi Turki pada 2014, di mana mereka mengunjungi tempat wisata di Istanbul dan melihat kehidupan di balik tembok tak terlihat di sekitar Xinjiang.

Namun perjalanan itu ternyata menjadi mimpi buruk bagi keluarga Ilyasoglu karena saudaranya Helememet Ilyas dibawa pergi oleh otoritas China pada 2017 karena perjalanannya ke Turki.

“Kami diberitahu bahwa kamp adalah sekolah jadi saya diam selama tiga tahun. Tapi ketika kami tidak mendengar kabar dari keluarga kami selama tiga tahun, apakah mereka hidup atau mati, maka kami menyadari ini bukan sekolah,” kata Ilyasoglu sambil menangis.

'Diam melawan penindasan adalah cara untuk menyetujuinya'

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/warga-uighur-di-turki-khawatir-rindukan-kerabat-di-china/2119473
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement