Rabu 17 Feb 2021 13:45 WIB

Oposisi Pemerintah Militer Myanmar Ajak Demo Lebih Besar

Oposisi skeptis dengan janji yang disampaikan junta militer untuk menggelar pemilu

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Para pengunjuk rasa mengangkat plakat di depan Bank Sentral selama protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 16 Februari 2021. Junta militer Myanmars pada 16 Februari menghentikan layanan internet untuk hari kedua berturut-turut, karena protes terus berlanjut meskipun pasukan dan pasukan telah dikerahkan. kendaraan lapis baja di kota-kota besar.
Foto:

Sejak kudeta militer sudah menangkap ratusan orang, sebagian dilakukan dalam penggerebekan di malam hari. Pemimpin-pemimpin NDL termasuk orang-orang yang ditangkap.

Organisasi Assistance Association for Political Prisoners mengatakan sejak kudeta hingga Selasa (16/2) kemarin militer sudah menangkap lebih dari 450 orang. Pemerintah militer juga menutup jaringan internet untuk ketiga kalinya berturut-turut sehingga tidak ada berita mengenai penangkapan yang terbaru.

Militer menggelar kudeta dengan alasan kecurangan pemilu yang digelar 8 November lalu. Tuduhan yang dibantah komisi penyelenggara pemilu. Militer mengatakan deklarasi masa darurat selaras dengan konstitusi yang membuka jalan menuju reformasi demokrasi.

"Tujuan kami adalah menggelar pemilu dan menyerahkan kekuasaan pada partai pemenang," kata juru bicara dewan militer, Jenderal Zaw Min Tun dalam konferensi pers pertama sejak militer menggulingkan pemerintah Suu Kyi.

Ia tidak mengungkapkan kapan pemilu digelar tapi mengatakan militer tidak akan berkuasa terlalu lama. Sebelum reformasi demokrasi tahun 2011 militer Myanmar berkuasa selama hampir setengah abad. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement