Senin 01 Mar 2021 13:28 WIB

PBB dan Uni Eropa Kecam Kekerasan Aparat Myanmar

Militer Myanmar didesak menghormati tuntutan rakyat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Petugas polisi anti huru hara maju ke depan pengunjuk rasa pro-demokrasi selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.
Foto:

Aksi demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar terus berlangsung dan kian memanas. Menurut kantor hak asasi manusia PBB, sedikitnya 18 orang tewas dan beberapa lainnya terluka ketika aparat keamanan membubarkan aksi unjuk rasa pada Ahad lalu. Ratusan warga pun ditangkap.

Itu menjadi tindakan paling agresif yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar sejak demonstrasi dimulai sekitar empat pekan lalu. Pada 1 Februari lalu, militer Myanmar melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil di negara tersebut. Mereka menangkap pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa tokoh senior partai National League for Democracy (NLD).

Kudeta dan penangkapan sejumlah tokoh itu merupakan respons militer Myanmar atas dugaan kecurangan pemilu pada November tahun lalu. Dalam pemilu itu, NLD pimpinan Suu Kyi menang telak dengan mengamankan 396 dari 476 kursi parlemen yang tersedia. Itu merupakan kemenangan kedua NLD sejak berakhirnya pemerintahan militer di sana pada 2011. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement