Kamis 30 Sep 2021 15:30 WIB

AS tak Berencana Normalisasi Hubungan dengan Rezim Assad

Rezim Assad di Suriah dinilai tak memiliki legitimasi di mata AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto:

Langkah yang diambil bulan Juni tahun lalu itu mencekik pendapatan pemerintah Assad. Situasi ini juga mempersulit upaya Suriah kembali ke negosiasi yang dipimpin PBB dan mengakhiri perang saudara yang berlangsung sudah lebih dari sepuluh tahun.

Negara-negara Arab memotong hubungan dengan Suriah selama perang sipil yang menurut PBB menewaskan 350.209 orang. Negara-negara Arab sekutu AS seperti Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendukung kelompok yang melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Namun Damaskus berhasil mengalahkan pemberontak dengan dukungan Rusia dan Iran. Perbatasan Jaber sudah dibuka sebagian pada tahun 2018 lalu setelah pemerintah Suriah mendorong pemberontak ke selatan tapi perdagangan belum pulih hingga sebelum perang yakni sekitar 1 miliar dolar AS.

Satu-satunya perbatasan Suriah yang berfungsi normal adalah dengan Lebanon. Serta beberapa tahun terakhir ini dengan Irak setelah negara itu membuka kembali perbatasan Qaim pada tahun 2019 lalu.

"Kami yakini stabilitas di Suriah dan wilayah sekitarnya hanya dapat dicapai melalui proses politik yang mewakili semua rakyat Suriah dan kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan sekutu, mitra, dan PBB untuk memastikan solusi politik jangka panjang masih dapat dicapai," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement