Ahad 16 Apr 2017 06:05 WIB

Korut Ancam Siapkan Serangan Nuklir Jika AS Memprovokasi

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pyongyang meminta agar AS tidak melakukan provokasi di wilayahnya. Pihaknya mengancam siap untuk melakukan serangan balik dengan nuklir jika itu terjadi. Sementara saat ini Korea Utara (Korut) juga sedang memperingati hari kelahiran pemimpin besar sekaligus pendiri Korut, Kim Il-sung yang ke-105 tahun.

Dalam peringatan tersebut Korut memamerkan prototipe rudal balistik antar benua (ICBM). Pameran rudal balistik terbaru dalam perhelatan akbar itu dilakukan saat terjadi ketegangan antara Korut dan AS setelah AS mengirimkan kelompok kapal tempur USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea beberapa waktu lalu.

"Kami mempersiapkan untuk merespons perang sungguh-sungguh dengan perang sungguh-sungguh. Kami siap menyerang balik dengan serangan nuklir ala kami untuk melawan serangan nuklir," kata salah satu pejabat Pyongyang, Choe Ryong-hae, dikutip BBC, Sabtu (15/4).

Selain memamerkan rudal terbaru, dalam perayaan itu juga memamerkan kapal selam rudal balistik (SLBMs) untuk pertama kalinya dengan jarak sampai 1.000 kilometer. Itu menjadi penanda kepada dunia internasional tentang keseriusan Korut dalam memproduksi senjata nuklir.

Bahkan para ahli senjata meyakini Korut juga memamerkan dua jenis rudal balistik antarbenua, namun belum diketahui apakah sudah diuji sebelumnya. Pyongyang memiliki target untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal antarbenua yang bisa mencapai target di seluruh dunia.

Untuk mengejar tujuan itu Pyongyang telah melakukan lima kali uji coba nuklir dan serangkaian peluncuran peluru kendali. Pyongyang juga telah mengakui uji coba nuklirnya untuk digunakan pada rudalnya. Namun para ahli masih meragukan, mengingat masih sedikitnya bukti.

Sementara itu pada Jumat (14/4), Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengkhawatirkan sikap kedua nevara tersebut. Dia menilai perang bisa saja terjadi kapan saja, dan tidak ada pemenang dalam pertempuran antara kedua negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement