Korut menutup perbatasan darat dengan China dan Rusia pada awal 2020 setelah laporan pertama kasus Covid-19 di Wuhan, China. Selain itu, penutupan dan pembatasan pergerakan masyarakat di dalam negeri juga diberlakukan, yang sebenarnya tepat untuk mencegah pandemi meluas, namun hal itu telah menghancurkan ekonomi yang bergantung pada impor.
“Perekonomian Korea Utara berada di ambang resesi besar,” kata Jiro Ishimaru, kepala situs web Asia Press yang berbasis di Osaka, Jepang dan mengoperasikan jaringan jurnalis warga di Korut.
Ishimaru mengatakan hampir runtuhnya perdagangan dengan China telah menyebabkan hilangnya pekerjaan yang signifikan. Banyak orang terpaksa menjual harta benda dan bahkan hak tinggal ke rumah milik negara mereka digunakan untuk membeli makanan.
Data menunjukkan perdagangan Korut dengan China menyusut sekitar 80 persen tahun lalu setelah Pyongyang menutup perbatasannya. Ini menjadi langkah penting dalam mencegah wabah, mengingat virus penyebab pandemi dengan cepat dapat melumpuhkan infrastruktur kesehatan negara itu yang sudah lemah.
"Banyak orang yang menderita. Saya telah berbicara dengan kontak yang mengatakan ada lebih banyak orang yang mengemis makanan dan uang di pasar, dan peningkatan jumlah tunawisma. Juga ada kebutuhan yang sangat besar akan antibiotik dan obat-obatan lainnya,” jelas Ishimaru.