Jumat 29 Apr 2022 03:25 WIB

Penduduk Kherson Khawatir Rusia akan Gelar Referendum

Referendum berencana mengubah wilayah Kherson menjadi 'republik rakyat' pro Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang mengibarkan bendera Ukraina selama demonstrasi menentang pendudukan Rusia di Kherson, Ukraina, Sabtu, 5 Maret 2022.
Foto:

Sejauh ini, Rusia tidak banyak membicarakan tentang rencana untuk mengadakan referendum di Kherson. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrei Rudenko mengaku tidak mengetahui proposal referendum tersebut.

Tapi ada alasan untuk khawatir. Pada 2014, sebuah referendum yang disengketakan di Krimea di tengah aneksasi Rusia diyakini secara luas dipalsukan, dengan hasil yang menunjukkan hampir 97 persen pemilih mendukung bergabung dengan Rusia.

Serangkaian tindakan Rusia minggu ini telah menambah rasa panik di Kherson. 

Wali Kota Kherson melaporkan di media sosial bahwa, pasukan Rusia telah merebut Balai Kota, dan menurunkan bendera Ukraina. Kemudian pada Selasa (26/4/2022), Rusia mengganti wali kota Kherson dengan orang yang mereka tunjuk.

Seorang komandan Rusia terkemuka, Mayor Jenderal Rustam Minnekayev, mengumumkan rencana untuk mengambil kendali Ukraina selatan dan Donbas secara penuh dengan tujuan mendirikan koridor darat ke Krimea. Intelijen militer Ukraina melaporkan, Rusia bermaksud secara paksa memobilisasi penduduk lokal, termasuk dokter, di wilayah selatan untuk mendukung upaya perang Rusia.

photo
Orang-orang mengibarkan bendera Ukraina selama demonstrasi menentang pendudukan Rusia di Kherson, Ukraina, Sabtu, 5 Maret 2022. - (AP Photo/Olexandr Chornyi)

Kherson adalah kota yang penting secara strategis dan pintu gerbang untuk mendapatkan kendali yang lebih luas di selatan Ukraina.  Dari Kherson, Rusia dapat melancarkan serangan yang lebih kuat terhadap kota-kota selatan lainnya, termasuk Odesa dan Krivy Rih.

Seorang analis politik di lembaga think tank Penta Center di Kiev, Volodymyr Fesenko, mengatakan, perilaku militer Rusia lebih lembut di Kherson. Hal ini disebabkan Rusia mengerahkan unit dari Krimea dan separatis dari Donetsk dan Luhansk, yang merupakan etnis Ukraina atau memiliki hubungan dekat dengan wilayah tersebut.

"Karena itu, tidak ada kekejaman di sana," kata Fesenko.

Fesenko mengatakan, rencana referendum menunjukkan niat Rusia untuk menduduki wilayah itu dalam jangka panjang. “Di Krimea dan Donbas, Rusia mendapat dukungan dari penduduk lokal, tetapi ini tidak terjadi di selatan Ukraina, di mana orang Ukraina ingin tinggal di Ukraina. Dan ini berarti bahwa jika terjadi pendudukan jangka panjang, Rusia berisiko menghadapi gerakan partisan yang luas,” kata Fesenko.

Situasi di sekitar wilayah Kherson menceritakan kisah yang sangat berbeda dari kota lainnya. Seorang jurnalis lokal, Oleh Baturin mengatakan, situasi di wilayah Kherson jauh lebih buruk dan lebih tragis.  “Kherson adalah kota besar dan tidak banyak tentara. Lebih mudah bagi mereka untuk menguasai desa, mereka tidak berdaya," ujarnya.

 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement