Kamis 22 Feb 2018 18:31 WIB

Warga Rakhine Belajar Tangani Konflik Etnis ke Indonesia

Pemimpin masyarakat Rakhine diberi kesempatan melihat keragaman agama dan etnis.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Suasana kamp pengungsian etnis Rohingya pascakonflik 2012 di Sittwee, Negara Bagian Rakhine Myanmar.
Foto: Gemunu Amarasinghe/AP
Suasana kamp pengungsian etnis Rohingya pascakonflik 2012 di Sittwee, Negara Bagian Rakhine Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Myanmar yang terdiri dari pemuka agama Islam dan pemimpin masyarakat di Negara Bagian Rakhine melakukan kunjungan ke Jakarta dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Kamis (22/2). Delegasi ini akan tinggal di Indonesia selama sepekan hingga Selasa (27/2) mendatang.

Kunjungan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada para pemimpin masyarakat di Rakhine untuk melihat keberagaman kehidupan beragama dan etnis di Indonesia. Secara spesifik, mereka akan belajar mengenai pengalaman Indonesia dalam menangani konflik etnik dan konflik sektarian.

Kunjungan tersebut diharapkan dapat membangkitkan kesadaran hubungan yang memburuk antaretnis dapat kembali diperbaiki setelah terjadinya konflik dan kekerasan. Di samping itu, kunjungan ini juga diharapkan dapat memunculkan ide-ide dan cara untuk memperbaiki situasi di Rakhine.

Menurut keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Republika.co.id, delegasi Myanmar ini terdiri dari lima pemuka agama Islam dan lima pemimpin masyarakat Rakhine. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, berbagai kelompok usia, dan profesi yang berbeda.

Pada 2017, untuk pertama kalinya Indonesia menyelenggarakan Interfaith-Dialogue dengan Myanmar. Interfaith Dialogue ditujukan bertukar pengalaman bagaimana di negara majemuk seperti Indonesia, harmoni masyarakat dapat tetap terpelihara

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement