Setelah melengserkan Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin, popularitas Sisi melambung. Namun, karena pemulihan ekonomi yang dijanjikan belum terwujud, dan ancaman dari gerakan kelompok garis Islam meningkat, Sisi, kata Khouly, berupaya memerangi perbedaan pendapat secara terbuka.
"Pemerintah sangat sakit jiwa. Ini merupakan pengakuan tidak sengaja bahwa ada sejumlah kegagalan," kata Timothy Kaldas, warga negara asing peraih beasiswa Tahrir Institute for Middle East Politics.
Setelah pihak militer menggulingkan presiden Mursi sebagai tindak lanjut dari protes terhadap pemerintahannya, Ikhwanul Muslimin mampu memobilisasi ribuan orang untuk turun ke jalan. Namun, sejak itu, pasukan keamanan telah membunuh ratusan pendukung Mursi dan menangkap ribuan lainnya yang dituduh sebagai kelompok terorisme. Pihak berwenang sudah memperluas penyisiran.
Selama beberapa pekan lalu, mereka menangkap puluhan pegiat, membubarkan pusat kebudayaan, dan memastikan agar para imam menyampaikan kepada para pengikutnya bahwa memprotes Sisi adalah perbuatan penuh dosa.