Sementara itu, Lazzarini mengungkapkan rasa frustrasinya yang mendalam atas episode kekerasan ekstrem yang tidak masuk akal yang menewaskan warga sipil, menghancurkan infrastruktur dan membuat Gaza mengalami kemunduran beberapa tahun. Dia menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendanai upaya UNRWA mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak bagi Palestina.
Lazzarini mengatakan misi utamanya setelah meninggalkan Gaza adalah untuk memastikan bahwa stabilitas tetap dalam kehidupan para pengungsi Palestina di Gaza melalui UNRWA yang kuat. Dia juga berjanji untuk mendesak komunitas internasional mengatasi akar penyebab konflik, pendudukan, pengungsian di Yerusalem Timur dan Sheikh Jarrah, blokade dan siklus kekerasan.
Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina bulan lalu setelah putusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem, untuk mendukung kelompok pemukim Yahudi. Situasi memanas setelah pasukan Israel menggerebek Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya.
Ketegangan menyebar ke Jalur Gaza, dengan Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, serta melukai lebih dari 1.900 lainnya. Otoritas kesehatan di Tepi Barat secara terpisah mengonfirmasi 31 orang tewas di wilayah itu, dengan total 279 di seluruh wilayah Palestina.
Dua belas warga Israel juga tewas dalam serangan roket Palestina dari Jalur Gaza. Pertempuran yang paling sengit dalam beberapa tahun ini terhenti pada Jumat di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir.