Jumat 22 Sep 2023 19:40 WIB

Kelompok Nasionalis Bulgaria Protes Pangkalan Militer NATO

Kelompok Nasionalis juga mendesak Bulgaria keluar dari aliansi NATO.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Bulgaria.
Foto: EPA-EFE/VASSIL DONEV ? collapse
Bendera Bulgaria.

REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Polisi Bulgaria pada Kamis (21/9/2023) waktu setempat, bentrok dengan para pendukung partai ultra-nasionalis Vazrazhdane (Kebangkitan) yang memprotes kebijakan-kebijakan pemerintah pro-Barat. Kelompok anti-negara Barat dan blok aliansi NATO ini menyerukan agar pemerintah mengundurkan diri dari aliansi NATO dan menutup pangkalan militer NATO.

Ratusan pengunjuk rasa yang menentang dukungan anggota Uni Eropa terhadap Ukraina dalam perangnya dengan Rusia, berkumpul di depan gedung parlemen. Mereka mengibarkan bendera nasional Bulgaria dan Rusia, meniupkan peluit dan menuntut pemilihan umum lebih awal di negara yang telah melalui lima kali jajak pendapat dalam dua tahun terakhir ini.

Baca Juga

Banyak yang meneriakkan "Mundur" (dari NATO), sementara polisi anti huru-hara dengan peralatan lengkap melindungi gedung-gedung pemerintah. Termasuk kementerian pertahanan dimana beberapa pengunjuk rasa melemparkan telur ke arah bangunan.

Bulgaria, yang telah mengirimkan senjata ke Ukraina, mencabut larangannya terhadap biji-bijian Ukraina minggu lalu. "Warga Bulgaria tidak ingin berpartisipasi dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kami ingin menjadi negara yang netral," kata Neli Tyulekova, 60 tahun, seorang pengusaha. Ia mengatakan bahwa warga Bulgaria menentang pengiriman senjata ke Ukraina, "yang dapat memicu perang lebih lanjut".

Beberapa pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan "Pangkalan Amerika keluar! Bulgaria adalah zona damai", merujuk pada pembukaan pangkalan militer baru di negara anggota NATO tersebut.

"Instruksi terakhir yang datang dari para penguasa Bulgaria, dari AS, adalah agar Bulgaria membuat pangkalan militer baru," kata Kostadin Kostadinov, pemimpin Kebangkitan, kepada kerumunan. "NATO Keluar!"

Para pengunjuk rasa mengakhiri aksi mereka di depan sebuah monumen tentara Soviet. Setelah runtuhnya pemerintahan Soviet, pemerintah Bulgaria telah memutuskan untuk memindahkan monumen tersebut. 

Di arah monumen itu massa dan polisi terlibat bentrok, karena aparat mencoba menghentikan mereka untuk mendekati monumen yang telah dipasangi perancah karena alasan keamanan.

Neli Balabanska, 51 tahun, seorang insinyur listrik, mengatakan bahwa ia berharap protes tersebut akan memaksa pemerintah untuk mencabutnya.

Secara terpisah pada hari Kamis, Bulgaria mengusir seorang warga negara Rusia dan dua warga negara Belarusia. Bulgaria melarang mereka memasuki negara ini dalam lima tahun ke depan atas perintah Badan Keamanan Nasional (SANS), demikian dilaporkan media setempat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement